Jumat, 25 Desember 2015

Selamat hari Ibu

Saya baru menulis tentang hari Ibu saat ini, jauh setelah perayaan di tanggal 22 desember, tapi tetap sama rasanya menulis tentang mama gak akan pernah beda.

Ibu yang sering saya panggil mama memiliki kepribadian kuat, keras dan tidak bisa dibantah. Mama dan Papa berprofesi sebagai guru, sejak saya belum lahir mereka sudah mengabdikan diri pada negara untuk mendidik manusi-manusia juara.

Dalam ingatan saya mama jarang hadir dalam belajar saya, selalu papa yang mengajari kami pekerjaan rumah. Mama akan hadir bila saya akan pentas, mama adalah pendorong terbesar untuk kepercayaan diri saya, menari, lomba putri citra, lomba puisi, sampai lomba menyanyi yang jelas-jelas suara saya fals dan dulu mama meyakinkan saya kalau saya bisa.

Saya tumbuh menjadi anak yang percaya diri berlebih ditengah tubuh saya yang lebih pendek dibanding teman seangkatan saya bahkan dibanding mama sekalipun. Kepercayaan diri saya membuat saya selalu mengambil keputusan sendiri, saya tumbuh menjadi pribadi yang jarang berkonsultasi dan bermusyawarah dengan siapapun. Saya pun  jarang bercerita pada mama tentang apa yang saya alami, bullying, rasa lelah atau teman yang tidak menyenangkan. Kesibukan mama salah satu faktornya. Kami (saya dan adik-adik) memang disediakan fasilitas asisten rumah tangga dari kecil, walau mama jarang ada di rumah tapi kami tidak pernah diminta mengurus rumah. Dulu saya berfikir mama lebih cenderung menyayangi asisten kami, karena kamilah yang kerap dimarahi atas tingkah tidak baik asisten kami. Bahkan saya pernah dikunci tidak bisa masuk rumah oleh asisten kami karrna sepulang sekolah saya main leluar rumah, hal ini membuat saya maksa manjet pagar dan berakhir kaki bagian atas saya robek dan itu tidak saya ceritakan pada mama, saya mencari obat sendiri agar luka tertutup, alhamdulillah walau diakhir membuat keloid tapi luka sembuh dan saya tidak infeksi. Sampai saat inipun mama tidak pernah tau kejadian ini, karna mama cenderung membela asisten kami dahulu.

Beberapa tahun lalu saya sempat mengingatkan kembali pada mama tentang segudang pembelaan mama di waktu lampau terhadap art kami, dan mama menjawab bahwa hal itu semata agar anak-anak mama dijaga dengan baik oleh asisten. Ya, akhirnya kami pahami hal itu. Beberapa tahun lalu saya berfikir untuk tidak menitipkan anak saya kelak pada art tapi kok ya gimana, saya kan bekerja kalau bukan art siapa yang kelak akan membantu saya membersihkan rumah dan ngejaga anak saya kelak, hidup memang harus realistis gank.

Dibalik kekurangan mama tetap mamalah juaranya, manusia yang diciptakan Allah unyuk menjaga saya dan adik-adik, memenuhi kebutuhan saya sejak dalam kandungan hingga besar, Ibu yang selalu menuruti keinginan putrinya yang aneh-aneh. Kata mama sayalah anaknya yang paling bahagia, putri pertama yang sering bertualang dan ikut kegiatan tanpa pernah terbantahkan hahhahahha.

Mama selalu hadir saat saya sakit dari saya lahir hingga saya dewasa ini dan sudah memiliki rumah tangga, karena saya selalu minta dikerokin mama kalau dirasa masuk angin, suami saya mah ngeroknya gak profesional hahhaha. Yah sudah sebesar ini, saya belum bisa kasih apa-apa sama mama, belum bisa ngebahagiain, belum bisa setiap hari hadir di rumah mama, belum bisa ngasih cucu. Pasti mama paham kekurangan anaknya.

Terima kasih ma sudah mengandung ima yang nyusahin ini, sudah mau ngerawat dan membesarkan, sudah mau memperhatikan. Maafkan jika anakmu belum sempurna dalam pengabdiannya. Walau saya selalu terlihat galak melarang ini itu, semata agar mama tetap sehat, tetap bersama kami yang lama, bisa menyaksikan cucu-cucu lahir dari kami anak-anakmu bersama papa tentunya.

Selamat hari Ibu ma....

Tidak ada komentar: